Mayor Inf Agus Harimurti Yudhoyono (lahir di Bandung, Jawa Barat, 10 Agustus 1978; umur 34 tahun) adalah anak pertama Presiden Republik Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dan Kristiani Herawati. Ia menikahi Annisa Larasati Pohan pada awal Juli 2005.
Agus menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Taruna Nusantara tahun 1997 kemudian selesai dari Akademi Militer tahun 2000. Agus kemudian menyelesaikan gelar Master di bidang Strategic Studies di Institute of Defence and Strategic Studies, Nanyang Technological University (NTU), Singapura pada 2006. Pada Mei 2010, Agus meraih gelar Master of Public Administration pada John F. Kennedy School of Government, Harvard University, Massachusetts AS.Seperti ayahnya, Mayor Agus juga mengabdi di militer. Jabatannya saat ini adalah Wadan Yonif Mekanis 201/Jaya Yudha di Jakarta. Agus ikut serta dalam Pasukan Garuda XXIII/C yang telah diberangkatkan sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB di Libanon (UNIFIL). Ia tergabung dalam Batalyon Infanteri (Yonif) Mekanis .
Riwayat Jabatan
Danton Yonif Linud 305/ Tengkorak Brigif Linud 17 Kostrad (2002)
Pasiops di Yonif Linud 305/ Tengkorak (2003)
Pasiops Batalyon Infanteri Mekanis Kontingen Garuda XXIII-A (2006)
Danki Yonif Linud 305/Tengkorak (2007)
Kasi Ops Yonif Linud 305/Tengkorak Brigif Linud 17 Kostrad (2012)
Agus menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Taruna Nusantara tahun 1997 kemudian selesai dari Akademi Militer tahun 2000. Agus kemudian menyelesaikan gelar Master di bidang Strategic Studies di Institute of Defence and Strategic Studies, Nanyang Technological University (NTU), Singapura pada 2006. Pada Mei 2010, Agus meraih gelar Master of Public Administration pada John F. Kennedy School of Government, Harvard University, Massachusetts AS.Seperti ayahnya, Mayor Agus juga mengabdi di militer. Jabatannya saat ini adalah Wadan Yonif Mekanis 201/Jaya Yudha di Jakarta. Agus ikut serta dalam Pasukan Garuda XXIII/C yang telah diberangkatkan sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB di Libanon (UNIFIL). Ia tergabung dalam Batalyon Infanteri (Yonif) Mekanis .
Riwayat Jabatan
Danton Yonif Linud 305/ Tengkorak Brigif Linud 17 Kostrad (2002)
Pasiops di Yonif Linud 305/ Tengkorak (2003)
Pasiops Batalyon Infanteri Mekanis Kontingen Garuda XXIII-A (2006)
Danki Yonif Linud 305/Tengkorak (2007)
Kasi Ops Yonif Linud 305/Tengkorak Brigif Linud 17 Kostrad (2012)
(Klik disini Tentang Yonif Tengkorak)
Mayor Inf. Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc, MPA atau yang akrab disapa Agus dilahirkan di Bandung pada tanggal 10 Agustus 1978, dari pasangan Letnan Satu Infanteri Susilo Bambang Yudhoyono dan Kristiani Herrawati. Pendidikan dasarnya sejak 1984 dihabiskan di Bandung dan Timor Timur selama 2,5 tahun, serta Jakarta, sebelum akhirnya ia lanjutkan di Amerika Serikat pada 1990. Kala itu, Agus mengikuti penugasan ayahnya sebagai siswa Seskoad di Fort Leavenworth. Di Amerika Serikat, Agus pernah mendapatkan penghargaan dari sekolahnya dalam bidang akademik. Selepas lulus dari SMPN 5 Bandung, Agus pun masuk SMA Taruna Nusantara Magelang pada tahun 1994. Ketua Osis SMA Taruna Nusantara ini lulus dengan predikat terbaik pada tahun 1997 dan meraih medali Garuda Trisakti Tarunatama Emas. Prestasi itu semakin membulatkan tekad Agus untuk mengikuti jejak ayahnya masuk Akademi Militer Magelang.
Aktivitasnya yang menonjol dalam setiap kegiatan taruna dan prestasinya di bidang kepribadian, akademik dan jasmani, dengan meraih penghargaan Tri Sakti Wiratama -- pada tingkat I dan II membuat Agus terpilih menjadi Komandan Resimen Korps Taruna Akademi Militer pada tahun 1999. Pemegang alat bass drum Genderang Seruling Canka Lokananta Akmil ini, akhirnya lulus dengan predikat terbaik dan meraih penghargaan pedang Tri Sakti Wiratama serta medali Adhi Makayasa pada Desember 2000. Lulus dari Lembah Tidar, ia lulus terbaik Sekolah Dasar Kecabangan Infanteri dan lulus terbaik Kursus Combat Intel pada tahun 2001. Terinspirasi jejak ayahnya, Agus pun bergabung dengan Kostrad. Pada tahun 2002, saat menjabat Komandan Peleton di Batalyon Infanteri Lintas Udara 305/ Tengkorak, jajaran Brigif Linud 17 Kostrad, Agus diberangkatkan ke Aceh untuk melakukan Operasi Pemulihan Keamanan.
Di Aceh, Agus terpilih sebagai Komandan Tim Khusus (Dan Timsus) dan ia berhasil melakukan tugasnya dengan baik guna melumpuhkan para pemberontak separatis. Seiring dengan operasi tempur -- menyadari pentingnya fungsi media bagi keberhasilan operasi militer -- Korem Teuku Umar mendirikan media center, dimana Agus ikut berperan di dalamnya sebagai Public Information Officer (PIO). Setahun setelah kembali dari Aceh, Agus mendapatkan kepercayaan sebagai Pasiops di Yonif Linud 305/ Tengkorak, usai mengikuti Kursus Pasiops di Pusat Pendidikan Infanteri Pusat Kesenjataan Infanteri Bandung dengan predikat lulus terbaik.
Agus mengatakan membaca buku bukanlah hobbynya. Bagi Agus, membaca adalah suatu keharusan, sebagaimana halnya berolahraga dan mengasah kepemimpinan lapangan. Prinsip itulah yang setidaknya mendorong dirinya untuk mengikuti pendidikan Master di Singapura pada tahun 2005. Ia pun lulus dengan predikat sangat memuaskan dan berhak atas gelar Master of Science in Strategic Studies dari Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University. Selama berada di Singapura, Agus juga terlibat dalam berbagai kegiatan, baik sebagai observer pada kegiatan Shangri-la Dialogue maupun pada kegiatan Asia Pacific Program, serta peserta pada forum the Asean 100 Leadership, dan setelahnya, menjadi peserta forum Asean Leadership ketiga di Malaysia pada tahun 2006.
Ketika perang 34 hari berkecamuk antara Israel dan Hezbollah di Lebanon Selatan pada medio 2006, Indonesia menyatakan kesiapannya untuk mengirimkan pasukan perdamaian bila gencatan senjata terjadi. Ketika itu, Agus berangkat ke daerah konflik yang masih rawan berkobar sebagai bagian dari Kontingen Garuda XXIII-A pada November 2006. Sebagai Pasiops Batalyon Infanteri Mekanis Kontingen Garuda XXIII-A, Agus tidak hanya melakukan tugas pokoknya, lebih dari itu, perwira yang memiliki prinsip "Think big, Do small, Do now" ini, bersama dengan para perwira lainnya, di bawah arahan Dansatgas dan para perwira senior, juga berhasil memenangkan hati dan pikiran rakyat Lebanon melalui program Smart Car yang diadopsi dari gagasan Ibu Negara.
Seiring dengan bertambahnya pengalaman lapangan, Agus pun mendapat promosi sebagai Komandan Kompi (Danki) di Yonif Linud 305/Tengkorak pada tahun 2007. Kemampuan lapangan Agus diapresiasi Panglima Divif 1 Kotrad sebagai Danki terbaik di jajaran Divisi Infanteri 1 Kostrad pada tahun 2008. Ia pun melengkapi keterampilan militernya dengan mengikuti Kursus Scuba Divers di TNI Angkatan Laut. Pada tahun yang sama, Agus mendapatkan banyak penugasan khusus, baik dalam mengikuti kursus Scuba Divers TYNI-AL di Kepulauan Seribu, 2008. Ia pun memperoleh penghargaan sebagai Komandan Kompi terbaik di jajaran divisi Infanteri 1 Kostrad, 2008 Latihan Gabungan TNI Yudha Siaga di Sangata, maupun Latihan Gabungan Cobra Gold yang diselenggarakan oleh USPACOM di Thailand.
Atas seizin Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Darat serta atasan langsungnya, beberapa kali ia juga memenuhi undangan Universitas Parahyangan yang berkolaborasi dengan Universitas Giessen Jerman untuk mengikuti kegiatan International Summer Course pada tahun 2008 dan 2009 dan menjadi observer pada kegiatan The Pacific Armies Management Seminar. Pada tahun 2008, Agus dimintai kontribusinya oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan), untuk bergabung dalam tim kecil guna merealisasikan gagasan Presiden SBY dalam rangka pendirian Universitas Pertahanan. Meski hanya terdiri dari beberapa orang saja saja, tim ini mampu mewujudkan terbentuknya Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan), setelah melalui proses penyiapan yang cukup panjang selama kurang lebih satu tahun. Peran aktifnya dalam pembentukan Universitas Pertahanan ini, membuat waktu Agus tersita di pasukan, sehingga ia pun dipindahtugaskan ke Kemhan sebagai P.S. Kepala Seksi Amerika di Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan.
Setelah sukses membantu seniornya mewujudkan terbentuknya Unhan, Agus diberikan kesempatan untuk mengikuti seleksi program master di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Setelah melalui seleksi yang tidak mudah, Agus pun diterima sebagai mahasiswa dalam bidang Public Administration dan lulus dengan predikat sangat memuaskan pada tahun 2010. Setelah terpilih sebagai peserta The Young Future Defence Leader Workshop, yang digagas Kemhan, Agus pun ditugaskan kembali ke Amerika Serikat, untuk mengikuti pendidikan Sekolah Lanjutan Perwira di Fort Benning. Penugasan pendidikan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Agus untuk menunjukan tingkat profesionalisme perwira TNI di mata negara maju. Ia terpilih sebagai lulusan terbaik dan berhak atas sejumlah penghargaan dari sekolah tersebut.
Saat ini ia berdinas sebagai Kepala Seksi 2 / Operasi di lingkungan satuan elit Kostrad, Brigade Infanteri Lintas Udara 17. Sebagai pembantu Komandan di bidang Operasi, Agus merencanakan, mengatur, dan mengawasi langsung di lapangan, sebuah operasi maupun latihan. Selain itu, di samping tugas sehari-harinya sebagai Kasiops, Agus juga secara serius mencoba mengembangkan gagasan untuk memodernisasi alat perlengkapan khusus lintas udara. Alasannya sederhana, sesuai bimbingan para seniornya, ia berharap TNI menjadi semakin profesional dan memiliki kepercayaan diri serta berkelas dunia. Selanjutnya, berbekal pengalamannya mengikuti pendidikan di Fort Benning, Agus juga kerap dilibatkan dalam upaya merevisi doktrin, baik pada tataran strategi, operasional, maupun taktis, termasuk mengembangkan konsep doktrin bertempur secara bersama- sama untuk seluruh kesenjataan dan kecabangan TNI-AD dalam sebuah struktur combined arms yang efektif dan menentukan.
Beberapa tanda jasa dan penghargaan yang dimiliki Agus, antara lain; Satya Lencana Kesetiaan 8 tahun, Satya Lencana Dharma Nusa, Satya Lencana Santi Dharma, Medali PBB, Medali Penghargaan dari pemerintah dan Angkatan Bersenjata Lebanon, Medali Kepeloporan, serta medali penghargaan dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat: Distinguished Honor Graduate and Commandant's List of the Maneuver Captain Career Course dari the US Army Maneuver Center of Excellence dan The Order of Saint Maurice dari the US National Infantry Association.
Sebagai konsekuensi atas sejumlah penghargaan itu, akhirnya banyak permintaan berdatangan kepada Agus untuk menjadi nara sumber, instruktur dan pembicara di berbagai forum dan seminar, antara lain pada kegiatan UN Day tahun 2008 dan International Peacekeeper Day tahun 2011; pembicara pada ASEAN Regional Forum Heads of Defense Universities / Colleges / Institutions Meeting (ARF-HDUCIM) tahun 2011; pembicara pada The International Conference on Futurology pada tahun 2011 dan 2012; instruktur di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI sejak tahun 2007 hingga sekarang; pembicara di forum Karang Taruna se-Indonesia; pembicara pada kegiatan pembekalan kepemimpinan Paskibraka Nasional 2012; pembicara mewakili Generasi Muda TNI di Akademi Militer kepada para Taruna Akademi TNI, Akpol, Mahasiswa DIY/Jateng dan Siswa SMA Taruna Nusantara Magelang dalam rangka Kegiatan Taruna Integratif pada bulan September 2012; pembicara pada Forum Diskusi Kebangsaan yang diselenggarakan oleh HIPMI pada bulan Oktober 2012; pembicara pada Forum Dialog dengan anggota Resimen Mahasiswa Mulawarman di ITB pada bulan Oktober 2012; pembicara pembekalan kepemimpinan wirausaha muda kreatif; pembicara Forum Akademis Persatuan Pelajar Indonesia UK, 2012; pembicara di Forum International Conference on Global Terrorism di Unpar pada bulan Januari 2013, pembicara dalam Dialog Mata Najwa di Universitas Sumatera Utara pada bulan April 2013; dan pembicara dalam Indonesian Young Leaders Forum yang diselenggarakan oleh HIPMI pada bulan April 2013.
Atas dorongan semangat dan bimbingan dari pimpinan TNI untuk mengibarkan nama baik TNI di mata masyarakat dan atas seizin atasan langsungnya, Agus tampil di sejumlah media sebagai perwakilan Generasi Muda TNI, yakni Mata Najwa Metro TV, Obrolan Optimis TVRI, dan Jurnal Utama Berita Satu. Sejumlah kiprahnya itu pula yang membuat Panglima Angkatan Bersenjata Australia, Jenderal David Hurley, mengundang Agus dan beberapa perwira TNI lainnya ke Australia, dalam program The Young Future Leader.
Tetapi, semua prestasi itu tidak menjadikan suami dari Annisa Larasati Pohan, SE, MM yang dinikahinya pada tahun 2005, dan ayah dari Almira Tunggadewi Yudhoyono ini jumawa. Ia sering mengatakan, selain karena kerja keras, semua itu adalah karunia Tuhan yang patut disyukuri.
Mayor Inf. Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc, MPA atau yang akrab disapa Agus dilahirkan di Bandung pada tanggal 10 Agustus 1978, dari pasangan Letnan Satu Infanteri Susilo Bambang Yudhoyono dan Kristiani Herrawati. Pendidikan dasarnya sejak 1984 dihabiskan di Bandung dan Timor Timur selama 2,5 tahun, serta Jakarta, sebelum akhirnya ia lanjutkan di Amerika Serikat pada 1990. Kala itu, Agus mengikuti penugasan ayahnya sebagai siswa Seskoad di Fort Leavenworth. Di Amerika Serikat, Agus pernah mendapatkan penghargaan dari sekolahnya dalam bidang akademik. Selepas lulus dari SMPN 5 Bandung, Agus pun masuk SMA Taruna Nusantara Magelang pada tahun 1994. Ketua Osis SMA Taruna Nusantara ini lulus dengan predikat terbaik pada tahun 1997 dan meraih medali Garuda Trisakti Tarunatama Emas. Prestasi itu semakin membulatkan tekad Agus untuk mengikuti jejak ayahnya masuk Akademi Militer Magelang.
Aktivitasnya yang menonjol dalam setiap kegiatan taruna dan prestasinya di bidang kepribadian, akademik dan jasmani, dengan meraih penghargaan Tri Sakti Wiratama -- pada tingkat I dan II membuat Agus terpilih menjadi Komandan Resimen Korps Taruna Akademi Militer pada tahun 1999. Pemegang alat bass drum Genderang Seruling Canka Lokananta Akmil ini, akhirnya lulus dengan predikat terbaik dan meraih penghargaan pedang Tri Sakti Wiratama serta medali Adhi Makayasa pada Desember 2000. Lulus dari Lembah Tidar, ia lulus terbaik Sekolah Dasar Kecabangan Infanteri dan lulus terbaik Kursus Combat Intel pada tahun 2001. Terinspirasi jejak ayahnya, Agus pun bergabung dengan Kostrad. Pada tahun 2002, saat menjabat Komandan Peleton di Batalyon Infanteri Lintas Udara 305/ Tengkorak, jajaran Brigif Linud 17 Kostrad, Agus diberangkatkan ke Aceh untuk melakukan Operasi Pemulihan Keamanan.
Di Aceh, Agus terpilih sebagai Komandan Tim Khusus (Dan Timsus) dan ia berhasil melakukan tugasnya dengan baik guna melumpuhkan para pemberontak separatis. Seiring dengan operasi tempur -- menyadari pentingnya fungsi media bagi keberhasilan operasi militer -- Korem Teuku Umar mendirikan media center, dimana Agus ikut berperan di dalamnya sebagai Public Information Officer (PIO). Setahun setelah kembali dari Aceh, Agus mendapatkan kepercayaan sebagai Pasiops di Yonif Linud 305/ Tengkorak, usai mengikuti Kursus Pasiops di Pusat Pendidikan Infanteri Pusat Kesenjataan Infanteri Bandung dengan predikat lulus terbaik.
Agus mengatakan membaca buku bukanlah hobbynya. Bagi Agus, membaca adalah suatu keharusan, sebagaimana halnya berolahraga dan mengasah kepemimpinan lapangan. Prinsip itulah yang setidaknya mendorong dirinya untuk mengikuti pendidikan Master di Singapura pada tahun 2005. Ia pun lulus dengan predikat sangat memuaskan dan berhak atas gelar Master of Science in Strategic Studies dari Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University. Selama berada di Singapura, Agus juga terlibat dalam berbagai kegiatan, baik sebagai observer pada kegiatan Shangri-la Dialogue maupun pada kegiatan Asia Pacific Program, serta peserta pada forum the Asean 100 Leadership, dan setelahnya, menjadi peserta forum Asean Leadership ketiga di Malaysia pada tahun 2006.
Ketika perang 34 hari berkecamuk antara Israel dan Hezbollah di Lebanon Selatan pada medio 2006, Indonesia menyatakan kesiapannya untuk mengirimkan pasukan perdamaian bila gencatan senjata terjadi. Ketika itu, Agus berangkat ke daerah konflik yang masih rawan berkobar sebagai bagian dari Kontingen Garuda XXIII-A pada November 2006. Sebagai Pasiops Batalyon Infanteri Mekanis Kontingen Garuda XXIII-A, Agus tidak hanya melakukan tugas pokoknya, lebih dari itu, perwira yang memiliki prinsip "Think big, Do small, Do now" ini, bersama dengan para perwira lainnya, di bawah arahan Dansatgas dan para perwira senior, juga berhasil memenangkan hati dan pikiran rakyat Lebanon melalui program Smart Car yang diadopsi dari gagasan Ibu Negara.
Seiring dengan bertambahnya pengalaman lapangan, Agus pun mendapat promosi sebagai Komandan Kompi (Danki) di Yonif Linud 305/Tengkorak pada tahun 2007. Kemampuan lapangan Agus diapresiasi Panglima Divif 1 Kotrad sebagai Danki terbaik di jajaran Divisi Infanteri 1 Kostrad pada tahun 2008. Ia pun melengkapi keterampilan militernya dengan mengikuti Kursus Scuba Divers di TNI Angkatan Laut. Pada tahun yang sama, Agus mendapatkan banyak penugasan khusus, baik dalam mengikuti kursus Scuba Divers TYNI-AL di Kepulauan Seribu, 2008. Ia pun memperoleh penghargaan sebagai Komandan Kompi terbaik di jajaran divisi Infanteri 1 Kostrad, 2008 Latihan Gabungan TNI Yudha Siaga di Sangata, maupun Latihan Gabungan Cobra Gold yang diselenggarakan oleh USPACOM di Thailand.
Atas seizin Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Darat serta atasan langsungnya, beberapa kali ia juga memenuhi undangan Universitas Parahyangan yang berkolaborasi dengan Universitas Giessen Jerman untuk mengikuti kegiatan International Summer Course pada tahun 2008 dan 2009 dan menjadi observer pada kegiatan The Pacific Armies Management Seminar. Pada tahun 2008, Agus dimintai kontribusinya oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan), untuk bergabung dalam tim kecil guna merealisasikan gagasan Presiden SBY dalam rangka pendirian Universitas Pertahanan. Meski hanya terdiri dari beberapa orang saja saja, tim ini mampu mewujudkan terbentuknya Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan), setelah melalui proses penyiapan yang cukup panjang selama kurang lebih satu tahun. Peran aktifnya dalam pembentukan Universitas Pertahanan ini, membuat waktu Agus tersita di pasukan, sehingga ia pun dipindahtugaskan ke Kemhan sebagai P.S. Kepala Seksi Amerika di Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan.
Setelah sukses membantu seniornya mewujudkan terbentuknya Unhan, Agus diberikan kesempatan untuk mengikuti seleksi program master di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Setelah melalui seleksi yang tidak mudah, Agus pun diterima sebagai mahasiswa dalam bidang Public Administration dan lulus dengan predikat sangat memuaskan pada tahun 2010. Setelah terpilih sebagai peserta The Young Future Defence Leader Workshop, yang digagas Kemhan, Agus pun ditugaskan kembali ke Amerika Serikat, untuk mengikuti pendidikan Sekolah Lanjutan Perwira di Fort Benning. Penugasan pendidikan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Agus untuk menunjukan tingkat profesionalisme perwira TNI di mata negara maju. Ia terpilih sebagai lulusan terbaik dan berhak atas sejumlah penghargaan dari sekolah tersebut.
Saat ini ia berdinas sebagai Kepala Seksi 2 / Operasi di lingkungan satuan elit Kostrad, Brigade Infanteri Lintas Udara 17. Sebagai pembantu Komandan di bidang Operasi, Agus merencanakan, mengatur, dan mengawasi langsung di lapangan, sebuah operasi maupun latihan. Selain itu, di samping tugas sehari-harinya sebagai Kasiops, Agus juga secara serius mencoba mengembangkan gagasan untuk memodernisasi alat perlengkapan khusus lintas udara. Alasannya sederhana, sesuai bimbingan para seniornya, ia berharap TNI menjadi semakin profesional dan memiliki kepercayaan diri serta berkelas dunia. Selanjutnya, berbekal pengalamannya mengikuti pendidikan di Fort Benning, Agus juga kerap dilibatkan dalam upaya merevisi doktrin, baik pada tataran strategi, operasional, maupun taktis, termasuk mengembangkan konsep doktrin bertempur secara bersama- sama untuk seluruh kesenjataan dan kecabangan TNI-AD dalam sebuah struktur combined arms yang efektif dan menentukan.
Beberapa tanda jasa dan penghargaan yang dimiliki Agus, antara lain; Satya Lencana Kesetiaan 8 tahun, Satya Lencana Dharma Nusa, Satya Lencana Santi Dharma, Medali PBB, Medali Penghargaan dari pemerintah dan Angkatan Bersenjata Lebanon, Medali Kepeloporan, serta medali penghargaan dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat: Distinguished Honor Graduate and Commandant's List of the Maneuver Captain Career Course dari the US Army Maneuver Center of Excellence dan The Order of Saint Maurice dari the US National Infantry Association.
Sebagai konsekuensi atas sejumlah penghargaan itu, akhirnya banyak permintaan berdatangan kepada Agus untuk menjadi nara sumber, instruktur dan pembicara di berbagai forum dan seminar, antara lain pada kegiatan UN Day tahun 2008 dan International Peacekeeper Day tahun 2011; pembicara pada ASEAN Regional Forum Heads of Defense Universities / Colleges / Institutions Meeting (ARF-HDUCIM) tahun 2011; pembicara pada The International Conference on Futurology pada tahun 2011 dan 2012; instruktur di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI sejak tahun 2007 hingga sekarang; pembicara di forum Karang Taruna se-Indonesia; pembicara pada kegiatan pembekalan kepemimpinan Paskibraka Nasional 2012; pembicara mewakili Generasi Muda TNI di Akademi Militer kepada para Taruna Akademi TNI, Akpol, Mahasiswa DIY/Jateng dan Siswa SMA Taruna Nusantara Magelang dalam rangka Kegiatan Taruna Integratif pada bulan September 2012; pembicara pada Forum Diskusi Kebangsaan yang diselenggarakan oleh HIPMI pada bulan Oktober 2012; pembicara pada Forum Dialog dengan anggota Resimen Mahasiswa Mulawarman di ITB pada bulan Oktober 2012; pembicara pembekalan kepemimpinan wirausaha muda kreatif; pembicara Forum Akademis Persatuan Pelajar Indonesia UK, 2012; pembicara di Forum International Conference on Global Terrorism di Unpar pada bulan Januari 2013, pembicara dalam Dialog Mata Najwa di Universitas Sumatera Utara pada bulan April 2013; dan pembicara dalam Indonesian Young Leaders Forum yang diselenggarakan oleh HIPMI pada bulan April 2013.
Atas dorongan semangat dan bimbingan dari pimpinan TNI untuk mengibarkan nama baik TNI di mata masyarakat dan atas seizin atasan langsungnya, Agus tampil di sejumlah media sebagai perwakilan Generasi Muda TNI, yakni Mata Najwa Metro TV, Obrolan Optimis TVRI, dan Jurnal Utama Berita Satu. Sejumlah kiprahnya itu pula yang membuat Panglima Angkatan Bersenjata Australia, Jenderal David Hurley, mengundang Agus dan beberapa perwira TNI lainnya ke Australia, dalam program The Young Future Leader.
Tetapi, semua prestasi itu tidak menjadikan suami dari Annisa Larasati Pohan, SE, MM yang dinikahinya pada tahun 2005, dan ayah dari Almira Tunggadewi Yudhoyono ini jumawa. Ia sering mengatakan, selain karena kerja keras, semua itu adalah karunia Tuhan yang patut disyukuri.
(sumber : www.wikipedia.org)
No comments:
Post a Comment