Saturday 27 July 2013

Menantikan Partai Politik Pengusung Hukuman Mati Bagi Koruptor

Kata hedonis belakangan sering di sebut-sebut setelah ketua KPK Busyro Muqoddas menyindir pejabat negara dan anggota dewan yang kerap kali bergaya parlente. Ia menilai lembaga negara dihuni pemberhala nafsu dan syahwat politik kekuasaan dengan moralitas rendah sehingga mengakibatkan berakarnya budaya korupsi. Berikut gambaran keseharian salah satu pimpinan KPK saat ini

" Bambang Widjojanto lahir  di Jakarta, 18 Oktober 1959, di rumah sederhana yang berada dikawasan Kampung Bojong Liong, Depok Timur ini, ia tinggal bersama istri tercinta Sari Indrawati dan keempat anaknya dengan pola hidup sederhana. Menyikapi pencalonan suaminya sebagai ketua KPK, sang istri pun memberikan dukungan penuh.

Meski memiliki 2 buah kendaraan berupa mobil pribadi, namun dalam menjalankan aktivitas kesehariannya seperti berangkat mengajar sebagai dosen di Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta, ia lebih memilih menggunakan jasa moda angkutan umum seperti ojek dan melanjutkan dengan kereta api untuk sampai tujuan.

Sambil menunggu jadwal keberangkatan kereta biasanya ia menyempatkan diri untuk sholat terlebih dahulu di masjid stasiun Depok.

Didalam kereta tak jarang masyarakat yang mengenal Bambang  menaruh harapan kepada calon ketua KPK ini jika memang terpilih kelak.

Setelah sampai stasiun Juanda  Jakarta, Bambang melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan Taxi dengan tujuan kampus Trisakti.

Selain pola hidup sederha yang kental, calon ketua KPK ini memang telah mempunyai pengalaman di bidang hukum dan HAM, ia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Jayabaya pada tahun 1985.  Awal kariernya dimulai di  LBH Jayapura tahun 1986 hingga 1993. Ia pun sempat menggantikan Adnan Buyung Nasution menjadi Ketua Dewan Pengurus Yayasan LBH Indonesia periode 1995 – 2000. "---------
Tidaklah mengherankan pecinta hedonis berujung pada korupsi, ini terlihat dari para "pasien" KPK mempertontonkan koleksi mobil mewah, rumah mewah, dan memiliki banyak wanita simpanan yang juga bergaya hidup mewah. Jika gambaran itu kita lihat dari para konglomerat yang memang sukses dalam usahanya, tentu akan menjadi motivasi positif bagi masyarakat, untuk menjadi pengusaha sukses. Akan tetapi apa jadinya, jika gambaran itu didapat setelah menjabat, sebagai anggota dewan, pejabat pemerintahan, dan aparatur negara lainnya, yang jika dikalkulasi dengan gaji resminya sangat berbanding terbalik.

Contoh, untuk membeli satu mobil alphard saja, untuk anggota DPR jika dihitung dengan gaji resminya perlu waktu bertahun-tahun untuk membeli secara tunai. Jika dilakukan dengan kredit perlu waktu bertahun-tahun juga untuk melunasi cicilannya. Bagaimana mungkin bisa memiliki sekaligus koleksi mobil mewah, beberapa rumah mewah, dan para simpanan yang juga dibiayai secara mewah. Minimal para simpanan ini, dibelikan atau disewakan apartemen atau rumah elit dengan mobil standar kisaran harga 150-250 juta rupiah ? belum lagi biaya hidup bulanan, belanja, dan lain sebagainya.

Tidak salah jika para pimpinan KPK menemukan akar korupsi itu adalah karena gaya hidup hedonis. Tentunya kritikan KPK mendapat tentangan dari anggota DPR, karena secara tidak langsung mereka merasa ditelanjangi. Sulit memang mendapatkan partai pemenang pemilu 2014, yang memiliki ideologi dan para kader yang akan anti hedonis, bahkan sudah jadi rahasia umum. Seseorang yang mencalonkan menjadi anggota dewan, atau ikut pilkada menyiapkan dana milyaran, dengan hitungan dagang kapan balik modal dan kapan dapat "keuntungan" yang berlipat ganda.

Rakyat Indonesia sudah sangat muak, dengan "pasien" KPK yang bukannya bertambah malah seperti tidak ada habisnya. Bahkan makin lama, wajah mereka makin terbiasa dan terlihat "menikmati" disorot kamera. Hukuman mati untuk koruptor kapan bisa mulai diterapkan ? agar menurunkan jumlah seseorang yang ingin bergabung dipemerintahan atau anggota dewan dengan motivasi menimbun kekayaan, punya banyak mobil mewah, rumah mewah, dan dikelilingi banyak wanita. Mengapa tidak ada satupun tokoh penting di negara ini menggerakan ini secara ril ? mengapa tidak ada satupun diantara menjamurnya parpol, yang mengusung platform ini jika menjadi suara mayoritas ? semuanya hanya menjual platform yang seragam, hanya sibuk mem-branding parpolnya dari segi warna logo partai, dan retorika-retorika pragmatis. Adakah satu saja parpol, yang berani meneriakan dengan lantang "HUKUMAN  MATI BAGI KORUPTOR AKAN KAMI REALISASIKAN JIKA KAMI PEMENANG PEMILU 2014"

No comments:

Post a Comment