Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Drs. Christian Zebua MM bertindak selaku Inspektur upacara pada upacara bendera hari Senin tanggal 11 Maret 2013 sekaligus pelaksanaan upacara Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) atas nama Kopka Paus Kogoya bertempat di Lapangan upacara Markas Kodam XVII/Cenderawasih.
Dalam amanatnya, Pangdam mengatakan secara umum situasi keamanan di Papua saat ini dalam kondisi yang kondusif. Dikatakan demikian karena sampai saat ini segenap perangkat pemerintahan masih tetap tegak berwibawa, mampu melakukan tugas dan fungsinya serta kegiatan kemasyarakatan secara normal. Hal ini tentu tidak terlepas dari kerja keras dari seluruh prajurit Kodam XVII/Cenderawasih, oleh karenanya, Pangdam memberikan apresiasi dengan tulus kepada seluruh prajurit Ksatria Pelindung Rakyat, sesungguhnya kita memiliki kemampuan untuk mewujudkan masyarakat Papua yang aman, damai dan memiliki kesadaran serta kepatuhan terhadap hukum. Mencermati hal tersebut Pangdam menekankan kepada para prajurit Kodam XVII/Cenderawasih, untuk selalu bersikap dan berprilaku sebagai prajurit Sapta Marga yang paham betul akan Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI, serta menghindari pelanggaran prajurit.
Pada kesempatan ini, kita juga melaksanakan upacara Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) kepada Kopral Paus Kogoya, NRP 568783, Babinsa Korem 172/PWY Kodam XVII/Cenderawasih, sesuai dengan Skep Kasad Nomor : Kep/64/III/2013, tanggal 5 Maret 2013 tentang penetapan Kenaikan Pangkat Luar Biasa kepada prajurit TNI AD atas nama Paus Kogoya untuk dinaikkan pangkatnya satu tingkat lebih tinggi dari pangkat semula menjadi Sersan Dua (Serda) Terhitung mulai tanggal 6-3-2013. Prestasi tersebut karena berhasil mengajak saudara kita Daniel Kogoya beserta anggotanya untuk bergabung kembali ke NKRI.
Daniel Kogoya merupakan salah satu Tokoh Sentral Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka Papua Barat (TPN OPM PB), dengan jabatan terakhir Kepala Staf TPN OPM PB. Siapapun pasti tahu betapa sulitnya mendekati dan mengajak para tokoh sentral Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk diajak kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berbagai rintangan dan tantangan menghadang, begitupun nyawa bisa saja menjadi taruhannya, namun dengan tekad yang kuat Kopka Paus Kogoya melalui komunikasi sosial yang konstruktif terus diupayakan agar saudaranya yakni, Daniel Kogoya dan pengikutnya kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi untuk dapat hidup dengan aman, damai, dan tidak hidup dalam pengejaran aparat keamanan, karena dinilai sparatis.
Berkenaan dengan itu, selaku Pangdam XVII/Cenderawasih dan pribadi, Mayjen TNI Drs. Christian Zebua MM menyampaikan ucapan “Selamat” kepada Sersan Dua Paus Kogoya atas Kenaikan Pangkat Luar Bisa yang diberikan oleh negara. Semoga kenaikan pangkat ini dapat memberikan motivasi, inspirasi bagi seluruh prajurit Ksatria Pelindung Rakyat dalam meningkatkan kinerja dan pengabdian kepada bangsa dan negara. Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) dalam organisasi militer merupakan penghargaan yang diberikan oleh negara atas prestasi dan dedikasi luar biasa yang dilakukan prajurit melebihi tugas dan tanggung-jawabnya.
Hal tersebut telah ditunjukan oleh Sersan Dua Paus Kogoya selama menjalankan tugas. Kenaikan Pangkat Luar Biasa ini memang bukan diperoleh secara otomatis, melainkan melalui proses penilaian yang objektif terhadap kinerja luar biasa yang telah dilaksanakan dalam tugas. Oleh karena itu, sudah sepatutnya disyukuri dan tunjukkan rasa syukur tersebut dengan kinerja terbaik dalam menghadapi tugas-tugas ke depan, karena semakin tinggi pangkat yang disandang, maka akan semakin tinggi pula tanggung jawab yang akan diembannya.
Penuturan Kopka, Paus Kogoya Saat Bernegosiasi Dani Kogoya
Kuatir Dibunuh, Sempat Dicegat Angkatan Laut Perairan PNG
Dani Kogoya merupakan salah satu tokoh sentral Tentara Perjuangan Nasional Organisasi Papua Merdeka Papua Barat (TPN OPM PB), dengan jabatan terakhir Kepala Staf TPN OPM PB. Nah bagaimana ia bisa didekati dan diajak bergabung ke NKRI oleh Kopka Paus Kogoya anggota Kodim 1702/Jayawijaya? berikut ulasannya.
Siapapun pasti tahu betapa sulitnya mendekati dan mengajak para tokoh sentral Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk diajak kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sama halnya dengan Kepala Staf Tentara Perjuangan Nasional Organisasi Papua Merdeka Papua Barat (TPN OPM PB), Daniel Kogoya.
Berbagai rintangan dan tantangan menghadang, begitupun nyawa bisa saja menjadi taruhannya, namun tekad Kopka Paus Kogoya agar saudara-saudaranya yakni, Daniel Kogoya dan pengikutnya dapat hidup dengan aman, damai, dan tidak hidup dalam pengejaran aparat keamanan, karena dinilai separatis.
Atas dasar itulah, pada tiga bulan lalu, dirinya menghadap Danrem 172/Praja Wira Yakti, Kolonel Yopie Wayangkau, untuk menyampaikan maksudnya untuk mengajak Daniel Kogoya bersama pengikutnya untuk hidup dengan aman, damai dan hidup diberdayakan dalam bingkai NKRI.
“Waktu itu saat ketemu Danrem 172/PWY untuk menyampaikan niat saya sekaligus meminta ijin, dan Danrem menyampaikan silakan, itu niat baik, dan upaya selalu koordinasi dengan dirinya (Danrem,red),” ungkapnya kepada Bintang Papua usai penyerahan Daniel Kogoya dan pengikutnya di Aula Kantor Distrik Muara Tami, Jumat, (25/1).
Kemudian, dirinya mulai melakukan komunikasi melalui penghubungnya dengan Daniel Kogoya, dan sedikit demi sedikit Daniel Kogoya tersentuh hatinya, lalu dirinya dan Daniel Kogoya berbuat janji untuk bertemu di perbatasan RI-PNG, tepatnya Wutung, Distrik Muara Tami.
Tiba pada hari yang dijanjikan, dirinya berangkat ke perbatasan RI-PNG, disitulah komunikasi lebih lanjut dibangun, dimana dirinya mengajak Daniel Kogoya agar menghentikan segala kekerasan yang dilakukan selama ini, karena rakyat menjadi korban. Lagi pula saat perhatian pemerintah terus secara optimal diberikan kepada rakyat Papua melalui berbagai kebijakan-kebijakan, diantaranya diberlakukannya dana Otsus bagi Tanah Papua.
“Waktu itu saya gunakan mobil taksi ke perbatasan untuk bertemu dengan Daniel Kogoya. Kami bangun komunikasi selama 3 bulan antara saya dan Daniel Kogoya,” terangnya.
Selanjutnya, ketika Daniel Kogoya memantapkan niatnya untuk bergabung dengan NKRI, akhirnya pada hari yang ditentukan dirinya berangkat ke PNG dengan difasilitasi Danrem 172/PWY menggunakan perahu spead boat. Setiba di PNG Ia disambut Daniel Kogoya bersama pengikutnya dengan berseragam loreng lengkap beserta dengan senjatanya.
Sewaktu dalam perjalanan ke PNG, ia juga takut, karena baginya inilah adalah sama saja menyerahkan diri dengan maut, dimana selain berhadapan dengan Daniel Kogoya dan pengikutnya, disisi lainnya juga harus berhadapan dengan aparat keamanan.
Rintangan yang dihadapi pun tidak segampang dibayangkan, karena saat dirinya dan Daniel Kogoya hendak kembali ke Muara Tami, mereka dihadang oleh dua kapal perang milik aparat keamanan PNG, disinilah ketakutannya bertambah, karena jika dirinya bersama Daniel Kogoya dan gerombolannya ditangkap, yang pastinya tidak akan bisa pulang ke Jayapura, dan tamatlah riwayat pekerjaan yang selama ini dilakukannya, yakni membawa kembali Daniel Kogoya dan pengikutnya ke pangkuan NKRI.
Di tengah ketakutannya itu, dirinya meminta kepada Daniel Kogoya dan pengikutnya untuk bisa berbicara dalam Bahasa Inggris Fiji, namun minimal bisa Berbahasa Inggris. Suasana semakin bertambah tegang ketika kapal perang milik PNG semakin dekat dengan perahu yang ditumpanginya itu. Melihat hal itu Daniel Kogoya berbicara dengan aparat keamanan PNG dengan menggunakan Bahasa Inggris Fiji.
Dengan mendengar Bahasa Inggris Fiji yang digunakan Daniel Kogoya, pihak aparat keamanan PNG mengira bahwa dirinya dan Daniel Kogoya bersama pengikutnya merupakan warga PNG, setelah itu dirinya menyerahkan sejumlah rokok kretek, dan akhirnya tentara PNG pergi meninggalkan mereka.
“Waktu itu ombak hamtam kami, jadi kami berenang kembali hanya dengan celana dalam saja. Kemudian kami gunakan perahu yang agak besar untuk kembali, dan saat itu kami bertemu dengan tentara PNG. Waktu kami dikepung saya bilang bicara sembarangan saja dengan bahasa Inggris atau inggris Fiji, kalau ketahuan kita orang Indonesia kita ditangkap. Saya bilang ke Daniel Kogoya untuk segera bicara dengan bahasa Inggris Fiji, dan akhirnya tentara PNG hormat beliau karena Daniel Kogoya adalah salah satu tokoh besar yang di kenal di PNG, akhirnya kami di lepas,” jelasnya.
Tantangan yang dihadapi bukan hanya sampai disitu saja, tantangan lainnya adalah semenjak pihaknya mulai berada di perairan laut Indonesia, kehabisan bahan bakar minyak, dan hanya berlabuh selama 3 jam, yang kemudian ditemukan oleh angkatan laut Indonesia dan dibawa ke Jayapura.
“Syukur kami diselamatkan oleh Tuhan, sehingga kami bisa tiba disini dan saudara saya Daniel Kogoya beserta pengikutnya bisa kembali ke kampung halamannya dan hidup sebagaimana dengan saudara-saudara kita yang lainnya untuk membangun tanah Papua,” pungkasnya.(*/don/l03)
Dalam amanatnya, Pangdam mengatakan secara umum situasi keamanan di Papua saat ini dalam kondisi yang kondusif. Dikatakan demikian karena sampai saat ini segenap perangkat pemerintahan masih tetap tegak berwibawa, mampu melakukan tugas dan fungsinya serta kegiatan kemasyarakatan secara normal. Hal ini tentu tidak terlepas dari kerja keras dari seluruh prajurit Kodam XVII/Cenderawasih, oleh karenanya, Pangdam memberikan apresiasi dengan tulus kepada seluruh prajurit Ksatria Pelindung Rakyat, sesungguhnya kita memiliki kemampuan untuk mewujudkan masyarakat Papua yang aman, damai dan memiliki kesadaran serta kepatuhan terhadap hukum. Mencermati hal tersebut Pangdam menekankan kepada para prajurit Kodam XVII/Cenderawasih, untuk selalu bersikap dan berprilaku sebagai prajurit Sapta Marga yang paham betul akan Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI, serta menghindari pelanggaran prajurit.
Pada kesempatan ini, kita juga melaksanakan upacara Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) kepada Kopral Paus Kogoya, NRP 568783, Babinsa Korem 172/PWY Kodam XVII/Cenderawasih, sesuai dengan Skep Kasad Nomor : Kep/64/III/2013, tanggal 5 Maret 2013 tentang penetapan Kenaikan Pangkat Luar Biasa kepada prajurit TNI AD atas nama Paus Kogoya untuk dinaikkan pangkatnya satu tingkat lebih tinggi dari pangkat semula menjadi Sersan Dua (Serda) Terhitung mulai tanggal 6-3-2013. Prestasi tersebut karena berhasil mengajak saudara kita Daniel Kogoya beserta anggotanya untuk bergabung kembali ke NKRI.
Daniel Kogoya merupakan salah satu Tokoh Sentral Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka Papua Barat (TPN OPM PB), dengan jabatan terakhir Kepala Staf TPN OPM PB. Siapapun pasti tahu betapa sulitnya mendekati dan mengajak para tokoh sentral Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk diajak kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berbagai rintangan dan tantangan menghadang, begitupun nyawa bisa saja menjadi taruhannya, namun dengan tekad yang kuat Kopka Paus Kogoya melalui komunikasi sosial yang konstruktif terus diupayakan agar saudaranya yakni, Daniel Kogoya dan pengikutnya kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi untuk dapat hidup dengan aman, damai, dan tidak hidup dalam pengejaran aparat keamanan, karena dinilai sparatis.
Berkenaan dengan itu, selaku Pangdam XVII/Cenderawasih dan pribadi, Mayjen TNI Drs. Christian Zebua MM menyampaikan ucapan “Selamat” kepada Sersan Dua Paus Kogoya atas Kenaikan Pangkat Luar Bisa yang diberikan oleh negara. Semoga kenaikan pangkat ini dapat memberikan motivasi, inspirasi bagi seluruh prajurit Ksatria Pelindung Rakyat dalam meningkatkan kinerja dan pengabdian kepada bangsa dan negara. Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) dalam organisasi militer merupakan penghargaan yang diberikan oleh negara atas prestasi dan dedikasi luar biasa yang dilakukan prajurit melebihi tugas dan tanggung-jawabnya.
Hal tersebut telah ditunjukan oleh Sersan Dua Paus Kogoya selama menjalankan tugas. Kenaikan Pangkat Luar Biasa ini memang bukan diperoleh secara otomatis, melainkan melalui proses penilaian yang objektif terhadap kinerja luar biasa yang telah dilaksanakan dalam tugas. Oleh karena itu, sudah sepatutnya disyukuri dan tunjukkan rasa syukur tersebut dengan kinerja terbaik dalam menghadapi tugas-tugas ke depan, karena semakin tinggi pangkat yang disandang, maka akan semakin tinggi pula tanggung jawab yang akan diembannya.
Penuturan Kopka, Paus Kogoya Saat Bernegosiasi Dani Kogoya
Kuatir Dibunuh, Sempat Dicegat Angkatan Laut Perairan PNG
Dani Kogoya merupakan salah satu tokoh sentral Tentara Perjuangan Nasional Organisasi Papua Merdeka Papua Barat (TPN OPM PB), dengan jabatan terakhir Kepala Staf TPN OPM PB. Nah bagaimana ia bisa didekati dan diajak bergabung ke NKRI oleh Kopka Paus Kogoya anggota Kodim 1702/Jayawijaya? berikut ulasannya.
Siapapun pasti tahu betapa sulitnya mendekati dan mengajak para tokoh sentral Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk diajak kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sama halnya dengan Kepala Staf Tentara Perjuangan Nasional Organisasi Papua Merdeka Papua Barat (TPN OPM PB), Daniel Kogoya.
Berbagai rintangan dan tantangan menghadang, begitupun nyawa bisa saja menjadi taruhannya, namun tekad Kopka Paus Kogoya agar saudara-saudaranya yakni, Daniel Kogoya dan pengikutnya dapat hidup dengan aman, damai, dan tidak hidup dalam pengejaran aparat keamanan, karena dinilai separatis.
Atas dasar itulah, pada tiga bulan lalu, dirinya menghadap Danrem 172/Praja Wira Yakti, Kolonel Yopie Wayangkau, untuk menyampaikan maksudnya untuk mengajak Daniel Kogoya bersama pengikutnya untuk hidup dengan aman, damai dan hidup diberdayakan dalam bingkai NKRI.
“Waktu itu saat ketemu Danrem 172/PWY untuk menyampaikan niat saya sekaligus meminta ijin, dan Danrem menyampaikan silakan, itu niat baik, dan upaya selalu koordinasi dengan dirinya (Danrem,red),” ungkapnya kepada Bintang Papua usai penyerahan Daniel Kogoya dan pengikutnya di Aula Kantor Distrik Muara Tami, Jumat, (25/1).
Kemudian, dirinya mulai melakukan komunikasi melalui penghubungnya dengan Daniel Kogoya, dan sedikit demi sedikit Daniel Kogoya tersentuh hatinya, lalu dirinya dan Daniel Kogoya berbuat janji untuk bertemu di perbatasan RI-PNG, tepatnya Wutung, Distrik Muara Tami.
Tiba pada hari yang dijanjikan, dirinya berangkat ke perbatasan RI-PNG, disitulah komunikasi lebih lanjut dibangun, dimana dirinya mengajak Daniel Kogoya agar menghentikan segala kekerasan yang dilakukan selama ini, karena rakyat menjadi korban. Lagi pula saat perhatian pemerintah terus secara optimal diberikan kepada rakyat Papua melalui berbagai kebijakan-kebijakan, diantaranya diberlakukannya dana Otsus bagi Tanah Papua.
“Waktu itu saya gunakan mobil taksi ke perbatasan untuk bertemu dengan Daniel Kogoya. Kami bangun komunikasi selama 3 bulan antara saya dan Daniel Kogoya,” terangnya.
Selanjutnya, ketika Daniel Kogoya memantapkan niatnya untuk bergabung dengan NKRI, akhirnya pada hari yang ditentukan dirinya berangkat ke PNG dengan difasilitasi Danrem 172/PWY menggunakan perahu spead boat. Setiba di PNG Ia disambut Daniel Kogoya bersama pengikutnya dengan berseragam loreng lengkap beserta dengan senjatanya.
Sewaktu dalam perjalanan ke PNG, ia juga takut, karena baginya inilah adalah sama saja menyerahkan diri dengan maut, dimana selain berhadapan dengan Daniel Kogoya dan pengikutnya, disisi lainnya juga harus berhadapan dengan aparat keamanan.
Rintangan yang dihadapi pun tidak segampang dibayangkan, karena saat dirinya dan Daniel Kogoya hendak kembali ke Muara Tami, mereka dihadang oleh dua kapal perang milik aparat keamanan PNG, disinilah ketakutannya bertambah, karena jika dirinya bersama Daniel Kogoya dan gerombolannya ditangkap, yang pastinya tidak akan bisa pulang ke Jayapura, dan tamatlah riwayat pekerjaan yang selama ini dilakukannya, yakni membawa kembali Daniel Kogoya dan pengikutnya ke pangkuan NKRI.
Di tengah ketakutannya itu, dirinya meminta kepada Daniel Kogoya dan pengikutnya untuk bisa berbicara dalam Bahasa Inggris Fiji, namun minimal bisa Berbahasa Inggris. Suasana semakin bertambah tegang ketika kapal perang milik PNG semakin dekat dengan perahu yang ditumpanginya itu. Melihat hal itu Daniel Kogoya berbicara dengan aparat keamanan PNG dengan menggunakan Bahasa Inggris Fiji.
Dengan mendengar Bahasa Inggris Fiji yang digunakan Daniel Kogoya, pihak aparat keamanan PNG mengira bahwa dirinya dan Daniel Kogoya bersama pengikutnya merupakan warga PNG, setelah itu dirinya menyerahkan sejumlah rokok kretek, dan akhirnya tentara PNG pergi meninggalkan mereka.
“Waktu itu ombak hamtam kami, jadi kami berenang kembali hanya dengan celana dalam saja. Kemudian kami gunakan perahu yang agak besar untuk kembali, dan saat itu kami bertemu dengan tentara PNG. Waktu kami dikepung saya bilang bicara sembarangan saja dengan bahasa Inggris atau inggris Fiji, kalau ketahuan kita orang Indonesia kita ditangkap. Saya bilang ke Daniel Kogoya untuk segera bicara dengan bahasa Inggris Fiji, dan akhirnya tentara PNG hormat beliau karena Daniel Kogoya adalah salah satu tokoh besar yang di kenal di PNG, akhirnya kami di lepas,” jelasnya.
Tantangan yang dihadapi bukan hanya sampai disitu saja, tantangan lainnya adalah semenjak pihaknya mulai berada di perairan laut Indonesia, kehabisan bahan bakar minyak, dan hanya berlabuh selama 3 jam, yang kemudian ditemukan oleh angkatan laut Indonesia dan dibawa ke Jayapura.
“Syukur kami diselamatkan oleh Tuhan, sehingga kami bisa tiba disini dan saudara saya Daniel Kogoya beserta pengikutnya bisa kembali ke kampung halamannya dan hidup sebagaimana dengan saudara-saudara kita yang lainnya untuk membangun tanah Papua,” pungkasnya.(*/don/l03)
Sumber : garudamiliter.blogspot.com
No comments:
Post a Comment