Thursday, 15 August 2013

Nostalgia "romantisme" Indonesia dan Australia





Australia tercatat dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, sebagai negara sahabat yang berjasa. Hal ini bertolak belakang dengan image Australia saat ini bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Runtutan sikap yang ditunjukan Australia mengusik nasionalisme rakyat Indonesia, sejak proses terlepasnya Timor Leste, hingga berbagai sikap dukungan tidak langsung yang ditunjukan Australia bagi Organisasi Papua Merdeka (OPM) hingga saat ini. Hal ini semakin menguatkan sentimen negatif rakyat Indonesia terhadap negara Kangguru ini. Berikut ini catatan manis, masa lalu Indonesia dan Australia, yang diungkapkan Mayjen (Purn) TNI, Sukotjo Tjokroatmodjo

 
 "Mereka tentara yang gagah berani"

Mayjen (Purn) TNI, Sukotjo Tjokroatmodjo, dari Legiun Vetaran RI (LVRI) mengatakan tentara Australia yang berperang melawan Jepang di Indonesia dikenal dengan citra mereka sebagai tentara yang sangat berani dalam pertempuran.

Mayjen (Purn) TNI, Sukotjo Tjokroatmodjo (membelakangi kamera) duduk di samping seorang veteran perang Australia dalam hari peringatan Anzac Day, 25 April 2013. (Credit: ABC)

Sukotjo mengenang aksi kepahlawanan tentara Australia dalam pertempuran di Jembatan Porong, sebelah Selatan Surabaya pada tahun 1942.

“Ada tentara Australia itu mengikat dirinya diatas kereta api, badannya dililitkan dengan senapan mesin dan ia memuntahkan peluru ke arah tentara Jepang sampai pelurunya habis sampai dia gugur di tempat. Aksi itu sangat terkenal dan menjadi buah bibir. Orang-orang seusia saya pasti tahu cerita itu."

Reputasi baik ini menurutnya bukan hanya di medan perang -tentara Australia dikenal sangat dekat dengan warga Indonesia.

“Waktu itu kan Indonesia masih jajahan Belanda, dan mereka menganggap kedatangan tentara Australia ya memang untuk membantu kita agar tidak dijajah Jepang."

Dukungan Australia, menurut mantan ajudan Bung Karno ini, terus berlanjut hingga sesudah masa kemerdekaan, di mana Indonesia kembali menunjuk Australia sebagai perwakilan Indonesia dalam komisi Tiga Negara untuk memfasilitasi perundingan di PBB.

“Saya kenal baik orang Australia yang memimpin delegasi Australia dalam Komisi Tiga Negara itu namanya Thomas Critchley. Ia membela Rakyat Indonesia mati-matian dalam perundingan itu. Ia membantah klaim negatif Belanda mengenai Indonesia di meja perundingan. Sampai akhirnya Indonesia memenangkan perundingan tersebut dan pendudukan Belanda di Indonesia berakhir."

Dukungan atas kemerdekaan Indonesia tersebut juga ditunjukkan oleh masyarakat Australia. Di saat Indonesia berjuang memperoleh pengakuan Internasional sebagai negara merdeka pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, buruh pelabuhan di Australia melancarkan aksi mogok massal dan menyandera kapal-kapal Belanda yang berisi amunisi, senjata, dan sebagian tentara yang hendak diberangkatkan ke Indonesia untuk melakukan agresi militer merebut Indonesia kembali.

Aksi solidaritas buruh pelabuhan ini kemudian semakin meluas. Para buruh transportasi ikutan menggelar aksi serupa, disusul oleh buruh cat, buruh mesin, dan bahkan pegawai kantor dermaga yang sehari-hari mengurusi kapal-kapal Belanda pun akhirnya ikutan melakukan mogok kerja.

Aksi dukungan moral ini akhirnya mengalir dari negara lain dan perjuangan Indonesia untuk merdeka terus menuai dukungan internasional.

Dan pagi ini, di upacara peringatan Anzac Day, berbagai kenangan tersebut kembali hidup di benak para saksi sejarah. (sumber : garudamiliter.blogspot.com)

  ● Radio Australia 

No comments:

Post a Comment