Tuesday 6 August 2013

Pesan terakhir kapten Fadillah mengobarkan semangat tempur anak buah

foto : merdeka.com

Memasuki wilayah Cijantung, setiap orang akan melewati Jl RA Fadillah. Jalan itu tampak bersih dan asri dengan pepohonan rindang. Di kiri kanan berderet markas militer.

Nama RA Fadillah diberikan sebagai penghormatan untuk Kapten RA Fadillah Tjitrokoesoemo yang gugur saat menumpas gerakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Riau tahun 1958.

Ada dua kompi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang diturunkan dalam operasi Tegas kala itu. RPKAD ini dikenal sebagai Kopassus. Kompi A dipimpin Letnan I Benny Moerdani diterjunkan di Simpang Tiga, untuk merebut landasan udara. Kompi B yang dipimpin Kapten Fadillah mendarat di Bengkalis menyapu Sungai Siak selanjutnya menembus hutan menuju Pekanbaru. Kompi B juga bertugas mengamankan ladang-ladang minyak yang tersebar di Pekanbaru.


Pasukan Benny sukses merebut Simpang Tiga nyaris tanpa kerugian. Rupanya pasukan pemberontak memilih mundur dan memusatkan pertahanan di Batang Kuantan yang terletak di tepi Sungai Siak. Ada ribuan pasukan PRRI yang memperkuat kekuatan di sana.

Pertahanan pasukan PRRI sangat ideal. Mereka memasang banyak kubu senapan mesin di tepi sungai yang lebarnya hampir 100 meter dan berarus deras. Di belakang mereka, hutan rimba kawasan Bukit Barisan membentang luas. Ideal sekali untuk medan gerilya. Tak lupa, PRRI juga menghancurkan semua akses penyeberangan. Tentu ini kesulitan besar bagi pasukan TNI.

Kompi B RPKAD tak gentar. Pertempuran di Batang Kuantan berjalan sengit. Angkatan Udara mengirimkan pesawat B-25 untuk memberikan bantuan tembakan udara. Tetapi pilot pesawat terkena tembakan gencar sehingga harus kembali ke pangkalan Tanjung Pinang.

Tembakan bertubi-tubi membuat pasukan pemberontak bisa dipukul. Mereka mencoba meloloskan diri dari pasukan TNI. Kompi B mencoba menghadang mereka yang mundur.

Namun, nahas saat itulah Kapten Fadillah tertembak. Dia dan seorang prajurit RPKAD lainnya tewas tertembak muntahan peluru senapan mesin tanggal 2 April 1958.

Sejumlah sumber menyebut, Kapten Fadillah masih mencoba mengobarkan semangat tempur anak buahnya sebelum tewas. "Selamat berjuang," pesannya.

Kematian Fadillah membuat semangat tempur pasukannya menyala. Mereka menggempur pertahanan PRRI habis-habisan. Seluruh pertahanan di Batang Kuantan bersih disapu RPKAD dan pasukan lain. Hal ini sekaligus mematahkan perlawanan RI di seluruh Riau.

(sumber : merdeka.com)

No comments:

Post a Comment