Sunday 14 July 2013

Keahlian Tempur Suku Dayak dalam Tubuh TNI

 
Perang modern, melibatkan berbagai mesin tempur yang semakin lama semakin canggih. Bahkan penggunaan robot pembunuh seperti drone, telah mulai diaplikasikan oleh Amerika Serikat di wilayah perbatasan Pakistan. Akan tetapi secanggih dan sekuat apapun, mesin perang. Adakalanya, tidak bisa dipaksakan penggunaannya pada kondisi dan tempat tertentu, sehingga akan mulai bergantung kemampuan tempur individu para prajurit yang diterjunkan dimedan perang. Terutama wilayah hutan, yang akan menjadi perebutan penting untuk menguasai suatu wilayah. Karena menyangkut suplai logistik dan kebutuhan perang lainnya. Itulah sebabnya eksistensi pasukan Gurkha yang mempunyai kemampuan tempur alami, dari pegunungan Himalaya Nepal, terus dikukuhkan keberadaannya oleh Inggris, berikut negara anggota persemakmuran lainnya seperti Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam dan lain-lain. Bisa dibilang, mereka tentara bayaran untuk negara-negara persemakmuran. Sedangkan Inggris, sebagai pemegang "hak paten" atas pasukan ini. Menggaji mereka, layaknya tentara Inggris lainnya. 



Jika kita amati, TNI tidak pernah berhenti, untuk terus meningkatkat kemampuan tempur baik dari sisi ALUTSISTA, maupun kemampuan individu prajurit yang ada didalamnya. Salah satunya adalah Yonif Raider bersumpit. Sejarah membuktikan, para suku dayak, berhasil menebar ketakutan bagi penjajah Belanda dengan senjata diam dan mematikan ini.


 


Penggunaan SUMPIT oleh Yonif Raider
“Senjata sumpit ini memang hebat dan tidak kalah dengan senjata api, pistol ataupun senapan. Oleh karenanya, satuan ini menjadi tertarik mengadopsinya menjadi salah satu peralatan tempur prajurit dan mengkombinasikannya dengan senjata organik militer mereka, Untuk dipergunakan bagi kepentingan tugas.”

Sebagai satuan tempur yang memang dalam kehidupan kesehariannya bergaul dengan senjata mematikan untuk membunuh musuh, maka Yonif 600/Raider yang bermarkas di Kalimantan ini terinspirasi oleh senjata yang biasa dipergunakan oleh Suku Dayak di pedalaman Kalimantan. Senjata Sumpit yang biasa diguakan oleh Suku Dayak ini untuk berburu binatang, dengan menggunakan anak sumpil yang ujungnya diberi racun dari ramuan getah tumbuh-tumbuhan dan bisa binatang buas, dapat menimbulkan efek kematian yang relatif singkat pada sasaran yang disumpitnya.


Realisasinya, pada Pebruari 2003 satuan ini membentuk “Tim Sumpit”, yang
personelnya diambil dari para prajurit batalyon keturunan asli Dayak. Sebulan kemudian,Yonif 600/Raider mendatangkan pelatih dari tokoh Dayak Pedalaman yang terkenal dengan sumpit beracunnya untuk melatih 25 orang prajurit tentang cara penggunaan sumpit dan pembuatan racun yang dipakai untuk anak sumpit.

Memang, sebelum masuk menjadi tentara, kedelapan puluh lima orang prajurit itu sudah terbiasa menggunakan sumpit dalam kehidupan sehari-harinya untuk berburu hewan di hutan. Namun didalam penggunaan ramuan yang dipakai untuk anak sumpit berbeda-beda, karena mereka berasal dari bermacam-macam Suku Dayak. Agar terdapat kesamaan dalam penggunaan ramuan racun anak sumpit, yang menghasilkan racun yang sangat bagus, mematikan dan ccpat rcaksinya, makamercka dibimbing sclama tiga bulan oleh para tokoh Suku Dayak pedalaman Kalimantan itu. Selain itu, mereka juga mendapat pelatihan tentang bagaimana cara membawa dan teknik menggunakan senjata sumpit di medan pertempuran, mengingat mereka juga harus tetap membawa perlengkapan perorangan, termasuk ransel dan sejata api.


Setelah latihan selesai, lalu keduapuluhlima orang prajurit itu disebar kekompi-kompi dan pada setiap seminggu sekali mereka memberikan pelatihan kepada rekan-rekannya yang lain, agar seluruh anggola Yonif 600/ Raider mampu menggunakan sumpit.

Inisiatif dan upaya keras untuk menjadikan Sumpit sebagai senjata prajurit ini ternyata tidaklah sia-sia. Terbukti saat Yonif 600/ Raider bertugas ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) 2004¬2005, personel Tim Sumpit yang disebar ke dalam tiap-tiap tim, dengan pembagian di setiap tim terdapat tiga hingga empat orang prajurit berkemampuan menggunakan senjata Sumpit, berhasil membunuh empat orang. pemberontak GAM, sekaligus menyila empat pucuk senjata AK-47 yang mereka pakai.

Ceritanya, pada Pebruari 2004 saat “Tim Anas-1 Kipan A Yonif 600/Raider yang dipirnpin Lettu Inf Mulyadi melaksanakan penyergapan di Kampung Blang Sukun, Pidie. Ketika itu, tim dibagi menjadi empat kelompok, salah sulu tim dipimpin Oleh Kopda Impung Upai, salah satu personel “Tim Sumpit, yang jabatan sehari-harinya di satuan adalah sebagai Tamtama Penembak SMR (Senapan Mesin Ringan). Sebelum kelompok lain masuk kedudukan, Kelompok-4 yang dipinpin Kopda Impung Upai, putra asli Dayak kelahiran Datah Bilang, Tenggarong 6 .luli 1977  ini adalah kelompok yang pertama kali masuk kedudukan. Saat akan masuk, terlihat satu orang pos tinjau GAM lengkap dengan senjata AK 47 sedang berjaga-jaga. Agar gerakan tetap rahasia dan kehadiran pasukan tidak diketahui musuh, Kopda Impung Upai lalu melumpuhkan pos tinjau tersebut dengan menggunakan sumpit. Anak sumpit tepat mengenai leher bagian belakang anggota GAM itu. Tidak lebih dari 10 detik, orang itu roboh dengan tidak menimbulkan suara berisik . Senjata lain mereka ambil. Dengan tewasnya pos tinjau GAM tersebut, kelompok lain dari pasukan Yonif 600/Raider dapat masuk kedudukan dengan aman tanpa diketahui GAM dan penyergapanpun dapat dilaksanakan dengan sukses tanpa ada korban dari pihak kawan.

Raider menggunakan sumpit sebagai senjata mematikan untuk menghadapi musuh di dalam penugasan inilah, yang merupakan ciri khas Yonif 600/Raider dan membedakan satuan kami dengan satuan raider lainnya di Indonesia” Danyonif 600/Raider letkol Inf R. Haryono. Penggunaan sumpit memang sangat cocok untuk pasukan raider, yang salah satu semboyannya adalah “senyap dalam bergerak”. Selain untuk menjaga kerahasiaan gerak pasukan,juga untuk “bunuh senyap”. Keberadaan senjata sumpit terasa tepat menggantikan fungsi senjata berperedam, yang Iebih diperuntukkan bagi aksi pertempuran kota atau Pertempuran .larak Dekat (PJD) dan tidak dipergunakan untuk medan-medan penugasan berupa hutan.

Dengan mempelajari kesuksesan penggunaan sumpit di medan tugas, maka sampai sekarang Yonif 600/Raider tetap memelihara kemampuan personelnya dalam menggunakan sumpit dan menjadikan penggunaan sumpit sebagai kualipikasi seluruh personel Yonif 600/Raider, sekaligus melakukan regenerasi personel Tim Sumpit dengan merekrut para prajuril batalyon yang berasal dari etnis Dayak. Suku Dayak mengenal berbagai macam senjata yang biasa digunakan untuk berburu dan berperang pada zaman dahulu atau untuk kegunaan sehari-hari, seperti di ladang. Misalnya sumpitan (sipet), mandau, lonjo (tombak), perisai (telawang), dan taji.

Senjata sumpit berupa buluh dari batang kayu bulat sepanjang 1,9 meter hingga 2,1 meter. Sumpit harus terbuat dari kayu keras seperti kayu ulin, tampang, lanan, berangbungkan, rasak, atau kayu plepek. Diameter sumpit dua hingga tiga sentimeter yang berlubang di bagian tengahnya, dengan diameter lubang sekitar satu sentimeter. Lubang ini untuk memasukkan anak sumpit atau damek. Secara tradisional, kalau ingin tepat sasaran dan kuat bernapas, panjang sumpit harus sesuai dengan tinggi badan orang yang menggunakannya, Bagian yang paling penting dari sumpitan, selain batang sumpit, yaitu pelurunya atau anak sumpitnya yang disebut damek. Ujung anak sumpit runcing, sedang bagian pangkal belakang ada semacam gabus dan sejenis dahan pohon agar anak sumpit melayang saat menuju sasaran.Racun damek oleh etnis Dayak Lundayeh disebut parir. Racun yang sangat mematikan ini merupakan campuran dari berbagai getah pohon, ramuan tumbuhan serta bisa binatang seperti ular dan kalajengking. Selain beracun, kelebihan yang dimiliki senjata ini dibandingkan dengan senjata khas Dayak lainnya, yakni kemampuan mengenai sasaran dalam jarak yang relatif jauh. Jarak efektif bisa mencapai puluhan meter, tergantung kemampuan si penyumpit. Selain itu, senjata ini juga tidak menimbulkan bunyi. Unsur senyap ini sangat penting saat mengincar musuh maupun binatang buruan yang sedang lengah.

(sumber : majalah Defender)

7 comments:

  1. adobsi alat perang memang bagus cuma sayang penerimaan prajurit TNI dan Polri untuk orang Dayak sangat sedikit dan tidak sebanding. Alasan tidak diterimanya bermacam-macam sampai generasi Dayak sudah jenuh mengikuti tes penerimaan tentara dan polri, dan itu berbahaya karena dengan penolakan tersebut akan menciptakan kecemburuan dan bom waktu. Kalau pun diterima pangkatnya cuma kopral dan prajurit saja dan tidak pernah lebih tinggi, kalaupun ada yang tinggi hanya satu dua orang saja dan itupun harus beragama Islam. Jujur saja dan terbuka sajalah. Kita ini mau hidup dalam satu bangsa bukan dominasi oleh satu suku bangsa saja. Fakta bicara bahwa dalam penerimaan TNI dan Polri pasti 80% orang dari jawa sisanya orang suku lain. Mestinya orang Jawa dibatasi sebab negara ini bukan milik orang Jawa sendiri. Hati-hati dengan proses perekrutan. Kami generasi muda Dayak sudah kritis dan melihat setiap tingak laku yang kalian buat terhadap suku bangsa kami. Tinggal waktu saja yang menentukan. terus terang kami kecewa terhadap bangsa ini. Burung Garuda ciptaan Sultan Hamid II saja belum diakui negara sampai sekarang, apakah karena dia bukan orang Jawa????????????????

    ReplyDelete
  2. Memang sudah saatnya pemerintah melakukan pemerataan

    ReplyDelete
  3. ITULAH INDONESIA,... RASA KESUKUAN YG MASIH MELEKAT KUAT

    ReplyDelete
  4. begitulah nama nya kita dikalimantan slalu terjadi deskriminasi oleh mayoritas negara ini...."saya kira kami orang kalimantan merasa dibodohi oleh negara ini...mulai kecewa atas sikap pemerintah jawa..."tunggu saja waktunya kalau masyarakat kalimantan udah marah besar....saat ini masih sabar...."SDA kami habis... Tidak ada hasil yg terlihat dipulau kami..."sungguh mengecewakan...yg ada cuman kerusakan alam...akibat pemerintahan indonesia..." sungguh rugi besar dari dulu sampai masa depan...'"saya rasa leluhur kami tidak akan pernah setuju gabung sama NKRI kalau tau kalimantan cuman buat keuntungan pulau jawa..."kekayaan kami dirampok atas nama negara...alam kami hancur cuman buat ngongkosin p.jawa...sungguh hati kami hancur melihat semuanya...."sungguh manis rayuan pulau sebrang sampai pemimpin pulau ini tergoda...." kalimantan jadi korban politik p.jawa.."""untuk keuntungan pemimpin mereka...dan msyarakat mereka....."mayoritas slalu meninjak minoritas...."fanatik kesukuan takan mungkin bisa dihilangkan karna merupakan identitas suatu kaum.... dimana kaum yg mayoritas slalu mencari keuntungan dari yg minoritas ...karna itu sudah hukum alam...

    ReplyDelete
  5. Ku harap dayak mendapatkan posisi yang layak... org dayak jarang sekali menjadi TNI/POLRI..
    CINTA DAMAI ..FROM DAYAK KENYAH

    ReplyDelete
  6. Kita Tetap Bhineka Tunggal Ika,saya sangat menghargai dan menghormati budaya dan suku di negara ini,mari kita jaga kita perkuat dan kita junjung tinggi tanah air kita agar menjadi superpower bersama sama kita bisa dan kuat TNI adalah rakyat adalah TNI,percayalah Kalimantan dan Hutan Rimbanya "Alam" beserta isinya adl sumber kekuatan.jangan mengeluh saudara saudaraku ditanah kalimantan sesungguhnya pemerintah tdk sedikitpun mendeskrimanasi atau membodohi atau mempermainkan politik dsbg,kalaupun ada ia adalah pemerintah bejat yg memakan uang rakyat alias mafia bajingan koruptor. dan tdk ada yg membeda bedakan antara p.jawa dg kalimantan kita tetap satu bersuku bangsa Ber Bhineka Tunggal Ika NKRI Harga Mati.

    ReplyDelete
  7. Bahalap ken..lah.
    Lestarikan trus ken lah..
    Uluh itah menjunjung tinggi persatuan.
    Bhineka tunggal ika.
    Salam damai sejahtera

    ReplyDelete